TESTIMONIAL
TESTIMONI DARI TRUBUS
BERHENTI CUCI DARAH BERKAT
PROPOLIS
Adhitya Tri Wardhana kejang, seluruh
badan kaku, dan lemas. Ternyata itu gejala gangguan fungsi ginjal sehingga
mesti cuci darah.
Acara liburan kelulusan sekolah di
Bali pun riuh, guru dan teman-teman yang tengah asik bermain panik. Mereka
membawa Adhitya yang saat itu berusia 16 tahun ke rumahsakit. Hasil pemeriksaan
dokter menunjukkan fungsi ginjal Adhitya positif turun. Di tubuhnya terdeteksi
penumpukan sisa metabolisme protein dan kekurangan elektrolit. Itulah sebabnya
dokter memberi suntikan elektrolit untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kondisi kesehatan yang tidak bagus
memaksa Adhitya mengakhiri liburannya lebih cepat dan pulang ke Surabaya, Jawa
Timur. Wiwik Sudarwati, M.Pd., ibunda Adhitya, tidak percaya jika ginjal
anaknya bermasalah. “Waktu berangkat ke Bali, Adhitya masih segar bugar. Tetapi
kok tiba-tiba sakit”, kata ibu 3 anak itu. Oleh karena itu Wiwik kembali
membawa Adhitya ke Rumahsakit Sint Vincentius a Paulo (sohor dengan nama RKZ
atau Roomsch Katholiek Ziekenhuis), Surabaya. Hasil diagnosis dokter sama saja:
bungsu tiga bersaudara itu mengalami gangguan fungsi ginjal.
Sejak itu Adhitya rutin mengkonsumsi
obat-obatan dan mengecek kesehatan sebulan sekali. Beraktivitas berat pun
terlarang. Menu makanannya juga diatur. Adhitya menghindari konsumsi makanan
berprotein tinggi. Tujuannya supaya ginjal tidak bekerja terlalu berat dalam
membuang sisa-sisa metabolisme protein. “Adhitya hanya boleh mengkonsumsi
protein 40 g sehari”, kata Wiwik.
Cuci darah hampir 3 tahun, Adhitya
hidup di bawah pengawasan dokter. Selama itu ia tidak mengalami keluhan sakit.
Namun, menjelang pelulusan SMA, kesehatan pria yang kini berusia 22 tahun itu
drop. Saat itu ia mengikuti banyak kegiatan bimbingan belajar sehingga sering pulang
malam dan pola makanan pun tidak terkontrol. Akibatnya, Adhitya kembali
menginap di rumahsakit.
Dokter mendiagnosis positif gagal
ginjal. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kreatinin dalam darah
tinggi mencapai 12 mg/dl, kadar normal 0,6-1,2 mg/dl. Solusinya cuci darah 2
kali sepekan. Saat ini biaya sekali cuci darah berkisar Rp 800.000. Namun,
keluarga memutuskan Adhitya untuk mengkonsumsi obat-obatan. Pilihan itu
ternyata berisiko tinggi.
Buktinya berselang 2 hari setelah
menolak saran dokter, Adhitya kembali menjalani pemeriksaan darah. Hasilnya,
kadar kreatinin semakin melonjak, 15 mg/dl. Dokter mengingatkan lagi untuk
segera cuci darah. Bila dibiarkan, kreatinin akan meracuni organ tubuh lain.
Dokter juga memberikan opsi lain, yaitu transplantasi ginjal. Salah satu dari
orangtua Adhitya harus rela menyumbangkan ginjal kepada sang anak. “Biayanya
mencapai Rp 400 juta”, ujar Wiwik.
Menurut dr. Sidi Aritjahja, dokter di
Yogyakarta, gagal ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal menyaring dan
mengeluarkan zat-zat racun, seperti kreatinin, dari tubuh sehingga menumpuk
dalam darah. Kadar kreatinin tinggi menandakan organ yang mirip seperti biji
kacang merah itu gagal bekerja. Kondisi itu berbahaya karena bisa meracuni
organ tubuh lain. Oleh sebab itulah penderita gagal ginjal harus menjalani cuci
darah.
Kali ini, Adhitya manut terhadap saran
dokter. Ia dirawat-inap dan melakukan cuci darah rutin 2 kali sepekan. Setelah
18 hari menginap di rumahsakit, dokter mengizinkan Adhitya pulang. Namun, setiap
5 hari sekali ia harus kembali untuk cuci darah. Selain itu ia juga harus tetap
menjaga menu makanan supaya pencernaannya tidak memberatkan kerja ginjal.
Propolis
Pada pertengahan 2007, Wiwik bertemu salah satu
rekannya, Baktiono. Ketika itulah Baktiono menyarankan kepada Wiwik agar
memberikan propolis untuk mengobati Adhitya. Menurut Baktiono konsumsi propolis
bagus untuk meringankan beragam penyakit. Propolis merupakan produk yang
dihasilkan lebah Apis cerana dan Apis mellifera. Jika madu terdapat di dalam
sarang heksagonal; propolis di luar sarang. Menurut Ir. Hotnida CH Siregar,
M.Si., ahli lebah dari Institut Pertanian Bogor, lebah pekerja mengolah
propolis dari berbagai bahan seperti
pucuk daun, getah tumbuhan, dan kulit beragam tumbuhan.
Tertarik dengan saran itu, Wiwik
lantas membeli 1 botol propolis. Ia kemudian menyuruh Adhitya mengkonsumsinya 3
kali sehari sebelum makan. Satu setengah bulan rutin mengkonsumsi propolis,
Adhitya melakukan cek darah. Hasilnya positif, kadar kreatinin turun di bawah
10 mg/dl. Menurut dokter yang memeriksa, kadar kreatinin di bawah 10 mg/dl
tidak perlu cuci darah.
Hasil itu merupakan kabar gembira bagi
Adhitya dan keluarga. Bahkan setahun rutin mengkonsumsi propolis, ia pun tak
pernah lagi diwajibkan untuk cuci darah. Pemeriksaan laboratorium terakhir,
pada pertengahan 2008, menunjukkan kadar kreatinin turun menjadi 4 mg/dl. Sejak
itu Adhitya rutin mengkonsumsi propolis sampai sekarang. Selain tak perlu cuci
darah, konsumsi propolis juga meningkatkan stamina. Dulu Adhitya sering lemas
dan cepat capai. Sekarang kondisinya lebih energik dan fit. Mahasiswa di
Universitas Bhayangkara itu pun leluasa beraktivitas sehari-hari. “Dulu ke
mana-mana harus diantar, sekarang sudah bisa pergi sendiri,” kata Wiwik.
Dengan rutin mengkonsumsi propolis,
Adhitya kini terbebas dari cuci darah. Menurut Liu CF, periset di National
Taipei College of Nursing, antioksidan propolis mampu melindungi ginjal dari
kerusakan parah. Khasiat itu dibuktikan Liu secara in vivo pada hewan percobaan.
Ia menguji 2 kelompok tikus yang menderita gagal ginjal akut. Satu kelompok
diberi propolis; kelompok lain, tanpa propolis.
Sejam setelah pemberian propolis, Liu
lalu mengamati tingkat kerusakan ginjal tikus. Hasilnya, kerusakan ginjal
kelompok yang tidak mengkonsumsi propolis lebih parah ketimbang kelompok yang
mendapatkan asupan propolis. Itu ditandai dengan meningkatnya kadar
malondialdehid (MDA) dalam ginjal tikus. Kadar malondialdehid tinggi
mengindikasikan terjadinya stres oksidatif yang bisa memicu kerusakan ginjal.
Menurut Prof. Dr. Mustofa, M.Kes.
Apt., periset di Bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, sifat antioksidan pada propolis lantaran mengandung
senyawa flavonoid dan polifenol. Senyawa aktif itu melindungi tubuh dari
gempuran radikal bebas penyebab kerusakan sel. Dengan terlindungnya ginjal dari
kerusakan parah maka proses regenerasi sel pun bisa lebih mudah berjalan.
Adhitya Tri Wardhana merasakan manfaat itu. Ia terbebas dari cuci darah sejak rutin
mengkonsumsi propolis. (Ari Chaidir/Peliput: Rosy Nur Apriyanti)
Sumber : Majalah Trubus No. 485 Edisi
April 2010
Testimoni
dari Perusahaan MLM
Syamsuddin A.R, 57 Tahun.
Makassar
Pada September 2005, saya harus
dirawat di sebuah rumah sakit. Pada saat itu, kondisi saya lumpuh total dan
sangat terasa sakit pada bagian pinggang ke bawah. Berat badan saya yang
awalnya ideal perlahan-lahan mulai mengalami penyusutan. Bahkan tekanan darah
saya saat itu mencapai lebih dari 200.
Saya pun melakukan pemeriksaan darah,
dan dari hasilnya diketahui bahwa saya mengalami gagal ginjal, dan asam urat
yang sangat tinggi, yaitu 14 mg/dl. Oleh sebab itu, saya harus menjalani cuci
darah sampai sebanyak 3 kali.
Pada November 2005, seorang suster
mengenalkan produk HD kepada saya, karena beliau melihat kondisi saya yang
semakin hari semakin menurun. Kemudian, saya mulai rutin mengonsumsi
produk-produk HD seperti Pollenergy 520, Bee Propolis Tablet, dan Royale Jelly
Liquid.
Setelah mengonsumsi produk HD, saya
mulai merasakan perubahan. Nafsu makan mulai membaik dan berat badan mulai
meningkat. Akhirnya, tepat sehari menjelang lebaran, saya memutuskan untuk
keluar dari rumah sakit. Kini, saya tidak lagi menjalani cuci darah, kondisi
saya semakin membaik, dan sudah dapat berjalan kembali.
Sungguh produk HD sangat membantu
dalam proses penyembuhan saya.
Abdul Mulki, Praja Dalam,
Kebayoran Lama
Orang tua saya berusia lebih kurang 70
tahun. Beliau menderita diabet akut sehingga merambah ke gagal ginjal dan
gangguan penglihatan. Karena gagal ginjal, orang tua saya harus cuci darah
seminggu dua kali. Awalnya kakak saya hanya dikasih 2 botol Melia Propolis oleh
temannya (Pak Havizd) untuk diteteskan ke mata. Satu minggu kemudian ketika mau
cuci darah, ibu saya sudah dapat melihat dengan jelas. Akhirnya kakak saya
langsung memesan Melia Propolis dan Melia Biyang untuk Ibu. Alhamdulillah
setelah mengonsumsi keduanya secara teratur selama 6 bulan, sekarang ibu saya
sudah tidak cuci darah lagi. Fungsi ginjalnya sudah memaik. Yang luar biasa,
kedua kaki ibu saya yang luka-luka akibat diabet akut, sekarang sudah sembuh.
Terimakasih Melia.
Aturan
Konsumsi Propolis untuk Gagal Ginjal
Sangat sederhana sekali bukan?! Para
ilmuwan konvensional kasak kusuk menghabiskan banyak waktu dan dana untuk
menemukan obat gagal ginjal, namun komunitas holistik malah dengan
kesederhanaan belajar dari alam telah melangkah jauh dan menemukan solusi
mujarabnya.
Nah, secara umum, aturan konsumsi
propolis baik dalam bentuk tablet, kapsul ataupun cair adalah sebagai berikut:
- Propolis tablet/kapsul: 3×2-3 tablet ½ jam sebelum makan atau 1-2 jam sesudah makan.
- Propolis cair: 3×10-15 tetes ½ jam sebelum makan atau 1-2 jam sesudah makan.
Untuk meningkatkan prosentase
kesembuhan, lebih baik menggabungkan propolis dengan madu 3×2 sendok makan
sebelum makan dan royal jelly 1 sendok teh sebelum tidur malam.
Rahasia sederhana tapi besar ini telah
Anda miliki. Namun jangan biarkan informasi berharga ini hanya ada pada Anda
saja! Gerakkan mouse Anda dan sebarkanlah ke rekan-rekan, teman, atau keluarga
Anda sehingga mereka pun bisa terhindar dari kasus mafia kesehatan gagal
ginjal!
Healindonesia, Dt Awan
(Andreas Hermawan)
“Salah satu tugas utama seorang dokter adalah mendidik masyarakat untuk
tidak mengambil obat kimia”
Sir William Osler (1848 – 1919)
“Dokter masa depan tidak lagi memberi obat, namun akan menempatkan
kepentingan pasiennya dalam rangka bimbingan kemanusiaan, bimbingan pengaturan
pola makan, dan mengenai penyebab serta pencegahan penyakit.”
Thomas Alva Edison
Komentar
Posting Komentar